SpaceX Beli Spektrum Rp 276 Triliun
SpaceX Beli Spektrum Rp 276 Triliun: Jalan Baru Menuju Era Ponsel Satelit
Bayangkan sebuah dunia di mana ponsel Anda bisa terhubung ke internet tanpa menara BTS, tanpa harus bergantung pada sinyal operator seluler yang sering hilang di pedalaman, pantai, atau pegunungan. Dunia seperti itu semakin dekat setelah langkah mengejutkan SpaceX milik Elon Musk.
Kesepakatan Raksasa: US$17 Miliar untuk Spektrum
Awal September 2025, SpaceX resmi mengumumkan pembelian lisensi spektrum dari EchoStar senilai US$17 miliar atau sekitar Rp 276 triliun (kurs Rp16.200/US$). Nilai fantastis ini dibayar separuh dengan uang tunai dan separuh lagi dengan saham SpaceX.
Spektrum yang diambil bukan sembarangan: termasuk AWS-4 dan H-block, aset penting yang sebelumnya dipegang EchoStar. Dengan kepemilikan ini, SpaceX memperoleh “jalan tol udara” sendiri untuk mengalirkan sinyal satelit langsung ke perangkat seluler.
Dari Starlink ke Direct-to-Cell
Selama ini, layanan internet satelit Starlink sudah dikenal luas, termasuk di Indonesia sejak 2024. Starlink menyediakan koneksi broadband di wilayah terpencil lewat terminal parabola kecil.
Namun, ambisi Musk jauh lebih besar. Melalui layanan Starlink Direct-to-Cell, SpaceX ingin membuat satelit berkomunikasi langsung dengan ponsel biasa. Tanpa antena tambahan. Tanpa perangkat khusus.
- SMS via satelit: sudah mulai diuji di beberapa negara pada 2024–2025.
- Internet ringan & IoT: ditargetkan berjalan pada 2025.
- Panggilan suara: disebut akan hadir “segera” dan diperkirakan meluas mulai 2026.
- Streaming video: Elon Musk bahkan menjanjikan dalam 2 tahun ke depan, koneksi satelit akan cukup kuat untuk streaming langsung ke HP.
Game Changer untuk Dunia Telekomunikasi
Apa arti langkah ini?
-
Kemandirian SpaceX
Sebelumnya, Starlink harus bekerja sama dengan operator besar seperti T-Mobile di AS. Dengan lisensi spektrum senilai ratusan triliun, SpaceX bisa berdiri sendiri sebagai “operator global” dengan jaringan satelit penuh di langit. -
Tekanan bagi operator seluler tradisional
Jika konektivitas satelit langsung ke HP benar-benar lancar, operator harus beradaptasi atau mencari bentuk kerja sama baru. Persaingan bisa mengubah model bisnis telekomunikasi secara drastis. -
Konektivitas tanpa batas
Dari pedalaman Kalimantan, pegunungan Papua, hingga pulau terpencil di Maluku, akses komunikasi tidak lagi bergantung pada tower BTS. Ini membuka peluang besar bagi pendidikan, kesehatan, hingga bisnis digital di daerah yang sebelumnya blank spot.
Bagaimana dengan Indonesia?
Starlink sudah resmi beroperasi di Indonesia sejak Mei 2024, fokus ke klinik kesehatan dan sekolah di daerah terpencil. Untuk layanan Direct-to-Cell:
- SMS via satelit diperkirakan masuk lebih dulu, bisa antara akhir 2024 hingga 2025.
- Voice call via satelit mungkin baru akan hadir di Indonesia sekitar 2026, tergantung regulasi dan kerja sama dengan operator lokal.
- Streaming video satelit ke HP kemungkinan lebih lama, sekitar 2027, karena butuh satelit baru, izin spektrum, dan dukungan perangkat.
Pemerintah Indonesia masih harus menyesuaikan regulasi spektrum dan memastikan layanan ini tidak mengganggu operator lokal. Namun jika semua berjalan lancar, masyarakat di pelosok bisa menikmati akses telekomunikasi layaknya di kota besar.
Penutup: Jalan Tol Langit
US$17 miliar atau Rp 276 triliun untuk membeli “jalan tol sinyal” mungkin terdengar gila. Namun, inilah investasi yang bisa membuka era baru komunikasi manusia. Elon Musk dan SpaceX sedang membangun infrastruktur langit: jalur bebas hambatan untuk data, suara, dan video dari satelit langsung ke ponsel.
Bila janji ini terwujud, batas antara kota dan desa, darat dan laut, gunung dan pantai, akan hilang. Dunia telekomunikasi benar-benar tanpa batas.
Artikel ini berbasis sumber resmi dari Reuters, Space.com, TechCrunch, dan Starlink.com.