Widget HTML Atas


Linus Torvalds, Satu Jari, dan Perlawanan Open Source

“Kalau kamu pakai Linux dan pernah frustrasi dengan GPU NVIDIA, kamu tidak sendirian…”

Linus Torvalds, Satu Jari, dan Perlawanan Open Source

Ada satu foto legendaris yang beredar di internet: seorang pria berjas, wajah tenang tapi penuh sindiran, mengacungkan jari tengah ke arah kamera.


Itu bukan siapa-siapa. Itu Linus Torvalds, bapaknya Linux.
Dan gestur itu bukan sekadar marah—tapi simbol perlawanan open source terhadap arogansi vendor proprietary.

“NVIDIA, Fuck You”

Kisah ini bermula tahun 2012. Linus Torvalds hadir di Aalto University, Finlandia, menjawab pertanyaan mahasiswa soal teknologi GPU Optimus milik NVIDIA.

Alih-alih jawaban diplomatis, Torvalds langsung menembak:

“NVIDIA has been the single worst company we’ve ever dealt with.”

Lalu ia menoleh ke kamera, tersenyum sinis, dan berkata:

“So NVIDIA, fuck you.”

Diiringi satu jari yang kini jadi ikon abadi (Wired, The Verge).

Kenapa Sampai Segitunya?

Masalahnya sederhana: driver GPU.
Linux butuh driver terbuka agar hardware berjalan optimal. Tapi NVIDIA menutup rapat kode sumbernya, membuat pengguna Linux frustasi.

Bagi Torvalds, ini bukan cuma soal teknis. Ini soal filosofi:

  • Linux = keterbukaan, transparansi, kebebasan.
  • NVIDIA = pagar tinggi, kode tertutup, vendor lock-in.

Dan ketika satu perusahaan besar menolak membuka pintu bagi komunitas, itu artinya jutaan pengguna ditinggalkan begitu saja.

Proprietary vs Open Source: Dua Dunia yang Bertabrakan

Gestur Linus sebenarnya adalah perwujudan dari pertarungan lama:

Proprietary Open Source
Kode sumber ditutup rapat Kode terbuka untuk semua
Lisensi bisa berubah sepihak Lisensi stabil & transparan
Harga bisa dinaikkan kapan saja Gratis atau fleksibel
Vendor lock-in Pengguna punya kendali penuh

Contoh lain selain NVIDIA? VMware.
Awalnya lisensi dihitung per socket CPU. Murah.
Tiba-tiba berubah jadi per core. Biaya melesat.
Kalau berhenti bayar? Dukungan resmi dicabut.

Inilah wajah proprietary: kamu tidak pernah benar-benar “memiliki” infrastruktur digitalmu.

Satu Jari, Sejuta Makna

Linus tahu, gesture itu akan diingat. Dan memang, sampai sekarang jadi simbol:

  • Jangan menutup pintu bagi komunitas.
  • Jangan meremehkan pengguna Linux.
  • Open source selalu menemukan jalan untuk melawan.

Yang membuat momen itu begitu kuat adalah kesederhanaannya.
Dengan satu jari, Linus berhasil menyampaikan pesan: kebebasan digital itu hak, bukan barang dagangan.

Plot Twist: NVIDIA Mulai Membuka Diri

Waktu berlalu. Komunitas open source terus bersuara, driver alternatif seperti Nouveau bermunculan meski serba terbatas.

Hingga akhirnya, pada 2022, NVIDIA membuat langkah mengejutkan:
Mereka merilis open source kernel driver untuk GPU mereka (Phoronix, NVIDIA Developer Blog).

Tentu belum sepenuhnya terbuka (masih ada komponen proprietary di user space), tapi ini titik balik besar. Sesuatu yang 10 tahun sebelumnya terasa mustahil, kini jadi kenyataan.

Apakah langkah ini dipicu tekanan komunitas?
Apakah karena tren cloud, AI, dan superkomputer berbasis Linux yang membuat NVIDIA mau tak mau harus lebih terbuka?
Jawabannya mungkin campuran keduanya.

Dari “Fuck You” ke Masa Depan Open Source

Kini, dunia sudah berubah. Linux bukan lagi “sistem operasi untuk geek”, tapi fondasi dari server internet, superkomputer, smartphone Android, hingga AI modern.

Gesture satu jari Linus di tahun 2012 tetap jadi pengingat: bahwa tanpa perlawanan keras, perubahan kadang tidak akan pernah terjadi.

Dan ironisnya, 10 tahun setelahnya, perusahaan yang dulu jadi target jari tengah itu akhirnya melunak.

Penutup

Banyak orang melihat foto Linus Torvalds itu hanya sebagai luapan emosi. Tapi bagi komunitas open source, itu adalah pernyataan politik:

Kalau vendor masih mengunci pengguna, open source akan selalu melawan.

Dan seperti sejarah membuktikan, perlawanan itu tidak sia-sia.

Mungkin lain kali, kita tidak butuh jari tengah lagi—cukup baris kode, pull request, dan komunitas global yang solid.

Referensi: