Widget HTML Atas


Sistem Buruk menghancurkan orang Baik


Sistem Buruk Selalu Mengalahkan Orang Baik

Dr. W. Edwards Deming pernah berkata tegas: “A bad system will beat a good person every time.” Pernyataan ini mengandung pelajaran mendalam bagi siapa pun yang memimpin organisasi, memanajemen tim, atau bahkan mengelola dirinya sendiri.

Dalam banyak organisasi, ketika kinerja menurun atau target meleset, naluri pertama sebagian besar pemimpin adalah mencari siapa yang bersalah. Nama dipanggil, rapat darurat digelar, dan surat peringatan siap dikirim. Namun, kenyataannya, hanya sekitar 6% hasil kinerja yang benar-benar berasal dari variasi individu. Sisanya — sekitar 94% — berasal dari sistem itu sendiri: cara kerja dirancang, dihubungkan, dipasok, dan dipimpin.

Sistem yang dimaksud bukan sekadar kumpulan SOP atau dokumen kebijakan. Ia adalah ekosistem kerja yang mencakup:

  • Alur kerja dan proses yang menentukan urutan serta cara tugas dijalankan.
  • Peralatan dan teknologi yang mempermudah atau justru menghambat pekerjaan.
  • Perilaku kepemimpinan yang memengaruhi arah, prioritas, dan motivasi tim.
  • Budaya dan komunikasi yang membentuk kebiasaan sehari-hari di organisasi.

Ketika elemen-elemen ini tidak selaras atau bahkan rusak, sistem akan tetap memproduksi hasil yang sama — meski hasil itu adalah pemborosan, frustrasi, dan kegagalan. Deming mengingatkan kita akan kenyataan pahit: Sistem yang Anda miliki hari ini telah dirancang sempurna untuk menghasilkan hasil yang Anda peroleh sekarang.

Artinya, jika ingin hasil yang berbeda, kita harus memperbaiki sistemnya, bukan sekadar memaksa orang bekerja lebih keras. Kepemimpinan sejati berarti:

  • Menghapus hambatan yang menghalangi pekerjaan baik.
  • Merancang proses yang stabil, dapat diprediksi, dan andal.
  • Menyediakan alat dan sumber daya yang menjadikan mutu sebagai pilihan default.
  • Mengukur dan meningkatkan proses, bukan sekadar mengawasi orang.

Menyalahkan individu hanya mengurusi masa lalu. Memperbaiki sistem membangun masa depan.

Deming menantang para pemimpin dengan pertanyaan sederhana tapi sulit:

“Berhentilah bertanya ‘Siapa yang salah?’ dan mulailah bertanya ‘Apa dalam sistem yang memungkinkan hasil ini terjadi?’”

Pemimpin yang memiliki sistem, memiliki pula tanggung jawab penuh atas hasilnya — baik atau buruk. Inilah bentuk akuntabilitas yang sesungguhnya.

Jadi, saat masalah muncul, tahan godaan untuk menunjuk jari. Ambil langkah mundur, lihat gambaran besar, pahami pola, dan perbaiki sistemnya. Saat sistem sehat, orang baik akan kembali bersinar, dan kemenangan akan menjadi kebiasaan, bukan kebetulan.

Pada akhirnya, sistem akan selalu bekerja persis seperti yang dirancang. Jika tidak menyukai hasilnya, satu-satunya pilihan logis adalah merancang ulang.