Dari Gemilang ke Terpuruk
Dari Gemilang ke Terpuruk: Dua Pemimpin, Dua Janji, Satu Pola Kejatuhan
Babak I – Panggung Kemenangan
Tahun 2007, Martin Winterkorn naik ke panggung utama Volkswagen.
Sorot lampu, tepuk tangan meriah, dan senyum percaya diri seorang pria yang diyakini mampu membawa kejayaan baru.
Ia tidak hanya berbicara tentang mobil—ia bicara tentang masa depan, tentang Volkswagen yang akan memimpin dunia dalam teknologi dan keberlanjutan.
Dan untuk beberapa tahun, dunia percaya. Penjualan melesat, pabrik sibuk tanpa henti, dan media memuji-muji efisiensi ala Jerman yang ia pimpin.
Di sisi lain, di sebuah kantor startup di Silicon Valley, seorang wanita muda berusia 19 tahun bernama Elizabeth Holmes juga mengangkat kepala penuh keyakinan.
Dengan kaos hitam ala Steve Jobs dan tatapan mata tak berkedip, ia menjanjikan revolusi medis: cukup satu tetes darah untuk mengungkap ratusan penyakit. Investor antre, raksasa farmasi melirik, dan Theranos melesat ke status unicorn.
Dua tokoh ini—Winterkorn dan Holmes—tampak seperti pahlawan di bidangnya masing-masing.
Namun, seperti yang diungkap Barbara Kellerman dalam bukunya Leadership from Bad to Worse, kisah kepemimpinan tidak selalu berakhir di puncak.
Babak II – Mimpi yang Retak
Volkswagen, di bawah Winterkorn, memang menuju puncak… tapi lewat jalan pintas.
Di ruang rapat tertutup, para insinyur memasang defeat device—perangkat lunak ilegal yang menipu pengujian emisi. Di atas kertas, mobil diesel Volkswagen tampak ramah lingkungan. Di jalan nyata? Asap beracun tetap membubung.
Di Theranos, para teknisi mulai melihat bahwa mesin uji darah ciptaan Holmes tidak bekerja sebagaimana dijanjikan.
Namun, bukannya memperbaiki, Holmes membangun tembok kerahasiaan. Tim laboratorium dipisahkan, hasil yang mencurigakan disembunyikan, dan siapa pun yang bertanya… dipecat.
Babak III – Kebohongan yang Menjadi Kebiasaan
Kellerman menyebut ini fase “Leaders Start In”—saat rencana buruk berubah menjadi rutinitas.
Di Volkswagen, penipuan emisi berlangsung bertahun-tahun, melibatkan manajemen puncak dan diamnya dewan pengawas.
Di Theranos, laporan palsu dikirim ke mitra bisnis, dan pasien menerima hasil tes yang bisa membahayakan nyawa.
Dalam kedua kasus, pengikut—karyawan, investor, bahkan regulator—ikut menjadi bagian dari kebisuan kolektif. Sebagian karena takut, sebagian karena percaya, sebagian lagi… karena nyaman dengan keuntungan yang mengalir.
Babak IV – Kejatuhan yang Menghantam
September 2015, Dieselgate meledak.
Volkswagen kehilangan miliaran dolar, reputasinya tercoreng di seluruh dunia, dan Winterkorn mundur.
Di AS, Holmes menghadapi investigasi jurnalis John Carreyrou, gugatan hukum, dan akhirnya pengadilan yang memvonisnya bersalah.
Kedua kisah ini mengikuti pola empat fase kepemimpinan yang membusuk:
- Onward and Upward – Menjual mimpi besar.
- Followers Join In – Membangun dukungan fanatik.
- Leaders Start In – Terjun langsung dalam praktik tidak etis.
- Bad to Worse – Kebohongan menjadi sistem yang sulit dihentikan.
Pelajaran untuk Kita Semua
Kepemimpinan buruk bukan sekadar tentang satu orang di puncak.
Ia tumbuh karena ada pengikut yang diam, karena ada budaya organisasi yang membiarkan, bahkan melindungi, kebohongan.
Seperti kata Kellerman: “Kita mendapatkan pemimpin yang pantas kita dapatkan. Dan keberanian pengikut adalah penentu apakah kepemimpinan akan tetap sehat atau membusuk.”
Maka, saat janji terasa terlalu indah untuk jadi kenyataan, atau ketika suara kritis mulai dibungkam—itulah tanda untuk waspada. Karena kejatuhan tidak pernah datang tiba-tiba. Ia dimulai pelan-pelan, dari satu kebohongan yang dibiarkan, hingga menjadi badai yang menenggelamkan segalanya.