Indonesia jangan Takut Nuklir
Mengapa Indonesia Tidak Boleh Takut Mengembangkan Teknologi Nuklir
“Di usia 12 tahun, Jackson Oswalt berhasil mencapai sesuatu yang bahkan negara-negara berkembang masih ragu lakukan: menciptakan fusi nuklir di laboratorium rumahnya.”
Pada tahun 2018, Jackson Oswalt, seorang anak dari Tennessee, AS, mengejutkan dunia. Di usia yang bahkan belum lulus SMP, ia berhasil menciptakan fusor nuklir berbasis elektrostatik dan melakukan reaksi fusi deuterium—teknologi yang selama ini diasosiasikan dengan laboratorium beranggaran miliaran dolar dan ilmuwan senior. Prestasinya diakui oleh Fusor.net, divalidasi oleh para ahli, dan akhirnya dicatat oleh Guinness World Records sebagai "Orang Termuda yang Melakukan Fusi Nuklir".
Lebih luar biasa lagi, FBI datang memeriksa instalasinya dan menyatakan bahwa reaksi nuklir tersebut aman, tanpa menimbulkan risiko radiasi signifikan. Ini adalah pelajaran penting—bukan hanya bagi para ilmuwan, tapi bagi negara-negara seperti Indonesia.
Nuklir Tidak Sama dengan Bom: Saatnya Menghapus Ketakutan Lama
Di Indonesia, kata “nuklir” sering dikaitkan dengan hal-hal menakutkan: bom atom, radiasi, Chernobyl. Padahal, teknologi nuklir tidak identik dengan kehancuran. Ada dua wajah nuklir: destruktif (militer) dan konstruktif (energi, kesehatan, penelitian). Sayangnya, ketakutan yang diwariskan sejak era Perang Dingin masih menghantui pemikiran publik dan bahkan sebagian pembuat kebijakan.
Jackson Oswalt adalah simbol bahwa nuklir bisa dipahami, dikendalikan, dan dimanfaatkan secara aman dan damai—bahkan oleh seorang anak berusia 12 tahun!
Indonesia Punya Potensi Nuklir – Tapi Masih Ragu
Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi nuklir:
- Cadangan thorium dan uranium cukup melimpah.
- Memiliki lembaga riset seperti BATAN (BRIN) dan reaktor riset aktif di Bandung, Serpong, dan Yogyakarta.
- Tantangan besar kita bukan teknis, tapi mental blok terhadap teknologi ini.
Dengan kebutuhan energi yang terus meningkat dan tekanan global untuk mengurangi emisi karbon, energi nuklir adalah solusi yang perlu diambil serius, bukan ditakuti.
Apa yang Harus Dilakukan Indonesia?
-
Edukasi Publik yang Jujur dan Transparan
Luruskan stigma dan mitos seputar nuklir dengan komunikasi yang berbasis data dan riset. -
Dorong Riset Nuklir dari Usia Dini
Jadikan eksperimen seperti milik Jackson Oswalt sebagai inspirasi bagi pelajar dan mahasiswa. Fasilitasi laboratorium terbuka dan kurikulum STEM yang berani. -
Fokus pada Teknologi Fusi dan SMR (Small Modular Reactor)
Energi nuklir tidak harus meniru PLTN besar. Dunia sudah mulai bergerak ke arah reaktor skala kecil dan fusi, yang lebih aman dan efisien. -
Bangun Kepercayaan Melalui Transparansi
Libatkan publik, akademisi, dan komunitas dalam setiap rencana pembangunan nuklir—baik untuk energi, kesehatan, atau pertanian.
Penutup: Kalau Anak 12 Tahun Bisa, Kenapa Indonesia Tidak?
Kisah Jackson Oswalt bukan sekadar anekdot ilmiah—ini adalah tamparan lembut bagi negara-negara yang masih ragu. Jika seorang anak bisa memahami dan menjalankan eksperimen nuklir dengan aman, maka bangsa sebesar Indonesia tidak punya alasan untuk takut. Yang kita butuhkan adalah visi, keberanian, dan komitmen untuk melangkah maju.
Indonesia bukan tidak mampu mengembangkan nuklir. Kita hanya terlalu lama diselimuti ketakutan.