Saatnya belajar Bahasa Go
🔧 Sebagian besar tools DevOps ditulis dalam bahasa Go.
Bukan Python. Bukan Java. Tapi Go.
Kalau kamu ingin berkontribusi ke tools yang kamu gunakan setiap hari, kamu harus menguasai bahasa mereka.
🐋 Docker ditulis dengan Go
☸️ Kubernetes ditulis dengan Go
🛠️ Terraform ditulis dengan Go
📈 Prometheus ditulis dengan Go
🔐 Vault ditulis dengan Go
🚀 ArgoCD ditulis dengan Go
🛡️ Istio ditulis dengan Go
🦊 GitLab memang mayoritas Ruby, tapi runner dan backend pipeline-nya ditulis dengan Go juga.
Saya suka Python 🐍. Banyak dari kita memulai belajar programming dengan Python.
Tapi Go adalah bahasa pemrograman yang menggerakkan ekosistem cloud-native.
Ingin membuat controller Kubernetes sendiri?
Ingin tahu cara kerja internal Terraform module?
Ingin debug Prometheus atau memperluas kemampuan ArgoCD?
Maka kamu perlu belajar Go.
Kamu tidak harus menjadi ahli.
Tapi memahami dasar-dasarnya — cukup untuk membaca, debug, dan berkontribusi — bisa meningkatkan kariermu secara signifikan.
🧠 Cloud berjalan di atas Go.
Mungkin kamu juga seharusnya.
Apakah kamu mulai belajar Go tahun ini?
✅ Fakta: Banyak alat DevOps modern memang ditulis dalam bahasa Go (Golang)
Ini bukan kebetulan. Go sangat populer di kalangan komunitas cloud-native dan DevOps karena beberapa keunggulan teknisnya.
🔧 Contoh nyata tools DevOps yang ditulis dalam Go:
Tool Bahasa Penjelasan
Docker Go Container runtime paling populer.
Kubernetes Go Orkestrator container. Semua komponennya (kubelet, kube-apiserver, dll) ditulis dalam Go.
Terraform Go Alat Infrastructure-as-Code (IaC) dari HashiCorp.
Prometheus Go Monitoring dan alerting system dari CNCF.
Vault Go Manajemen secrets dari HashiCorp.
ArgoCD Go GitOps untuk Kubernetes.
Istio Go Service mesh untuk manajemen komunikasi antar layanan.
etcd Go Key-value store digunakan oleh Kubernetes.
Consul Go Service discovery dan konfigurasi jaringan dari HashiCorp.
❓ Mengapa banyak tool DevOps ditulis dalam Go?
1. Kompilasi jadi satu binary
Go menghasilkan satu executable tanpa ketergantungan eksternal (statically compiled).
Sangat cocok untuk distribusi di container dan cloud.
2. Kinerja tinggi, setara C
Tapi tanpa kompleksitas manajemen memori seperti C/C++.
3. Concurrency bawaan
Go memiliki goroutine dan channel yang ideal untuk membangun sistem paralel & distributed.
4. Simpel dan mudah dibaca
Dibanding Java atau C++, kode Go cenderung pendek, lugas, dan eksplisit.
5. Ekosistem dan komunitas kuat
Dukungan dari Google dan adopsi luas dalam proyek-proyek CNCF (Cloud Native Computing Foundation).
📌 Tapi, bukan berarti Python atau Java tidak digunakan
Python banyak dipakai untuk scripting, automation, dan prototyping. Misalnya: Ansible, SaltStack.
Java masih digunakan di banyak sistem lama dan enterprise (misalnya: Jenkins core).
Rust mulai naik, tapi belum dominan di DevOps.
📈 Kesimpulan:
Ya, benar: Go adalah bahasa utama di balik banyak tool DevOps dan cloud-native.
Jika Anda ingin:
Kontribusi ke Kubernetes, ArgoCD, atau Terraform
Membuat controller kustom di Kubernetes
Memahami internal Prometheus atau Vault 👉 Maka belajar Go adalah investasi yang sangat relevan.
🚀 Pertanyaan terakhir:
“Apakah kamu akan belajar Go tahun ini?”
Kalau kamu seorang DevOps engineer, cloud-native developer, atau infrastruktur enthusiast, mungkin sudah saatnya mulai.